Senin, 23 Januari 2017

episode 2

Hidupku tak seberuntung kalian kawan

lanjutan episode 1.


Tapi yasudahlah, sekarang bukan waktunya memikirkan hal seperti itu, tugasku hanya belajar menuntut ilmu untuk mengejar cita-citaku.

Keesokan harinya, saat itu hari kamis jadwal masuk lab karena pelajaran produktif. Oh iya, aku sekolah di smkn 1 ciamis sekolah favorit di ciamis, aku mengambil jurusan RPL karena pada saat aku mendaftar, jurusan RPL merupakan jurusan ujicoba, dan aku merupakan angkatan pertama jurusan RPL di sekolahku.  Sebelum berlanjut aku akan meceritakan sedikit tentang jurusan yang aku pilih.  Aku memilih jurusan RPL karena aku tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer, jadi aku memilih jurusan ini. Dan aku juga menyukai hal hal yang baru, ya walaupun terkadang membingungkan.
Oke lanjut, pada saat itu aku ada jadwal produktif RPL jadi kegiatan pembelajaran full di lab, belajar di lab memang menyenangkan, tidak mengeluarkan keringat tapi menguras otak. Guru produktif yang mengajar di kelasku adalah Pak KIKI, dia guru paling sadis kalo memberi tugas, dia juga ketua pogram keahlian RPL, ad juga Pak Dian, dia guru paling baik yang pernah aku kenal. Di RPL kita belajar banyak, belajar algoritma, membuat Web, membuat aplikasi Desktop dan program lainnya yang berhubungan dengan software. Di kelasku perempuan hanya sedikit, dominan kebanyakan laki laki, tidak seperti jurusan lain yang kebanyakan perempuan, jadi tidak aneh kalo di sekolah jurusan RPL sangat di segani.
Di kelas aku orangnya tidak terlalu bayak bicara, bukan karena aku sombong atau pemalu, tapi ya sikap teman temanku terhadapku memang seperti itu, seolah olah aku tidak mempunyai teman yang sebenarnya, yang ada hanya teman yaaa sekedar teman di kelas, setelah pulang seakan aku tidak punya teman sama sekali. Walaupun aku dikucilkan, aku sama seperti orang lainnya, ingin mempunyai teman, dan merasakan berpacaran. Jujur aja dar lahir sampe detik sekarang aku belum pernah merasakan berpacaran, tapi sebenernya aku tertarik kedapa temen sekelasku, tapi yaaa aku sadar diri aja, lagipula di kelasku perempuan hanya sembilan orang, bukan aku malu atau tidak percaya diri, hanya saja keadaan tidak mendukung. Orang tuaku hanya orang yang sederhana, ya mungkin kami keluarga tidak beruntung, tapi kami tetap bersyukur. Alasan aku belum pernah berpacaran, ya tampang tidak seberapa, hp nokia simbian, motor tidak punya, uang saku hanya cukup buat beli minum dan makanan. Perempuan jaman sekarang mandang banget penampilan sama harta, tapi yasudahlah lupakan.
Di kelasku ada perempuan yang aku suka dan aku kagumi, tapi ya aku banyak saingan kayaknya tidak mungkin dia juga suka sama aku, dia juga pasti berfikir 1000x. Aku hanya bisa mengagumi dari kejauhan dan memandang dia secaran diam diam.
Bel istirahat pun berdering, orang orang sangat senang saat mendengar bel istirahat. Tapi tidak dengan aku, pada saat istirahat aku bingung harus bagaimana, jajan aku tidak punya uang, jam sholat masih agak lama, jadi aku putuskan membaca buku dan berdiam di lab saja.
Saat membaca buku, terdengar seorang perempuan memanggiku,
“ fik, kenapa kamu tidak istirahat..?”
 suaranya tidak asing, saat aku lihat ternyata dia perempuan yang aku suka, namanya widhi. Dengan perasaan tidak karuan bercampur senang, aku menjawab sambil tersenyum,
 “ Eh widhi, engga wid, lagi males keluar,.” 
Dengan muka manis, widi mendekatiku dan bertanya,
“emang kamu lagi ngapain.? Ko kamu ga ikut sama teman teman yang lain..?”
Sambil degdegan aku agak gugup, maklum, jarang jarang dia bertanya dan menghampiriku, dengan terbata bata akupun menjawab,
“ eh ini, aku sedang membaca buku, kamu sendiri kenapa tidak istirahat.?”
Dengan muka penasaran, dia bertanya lagi.
“ buku apa tuh..? boleh liat ga..?, aku lagi males keluar, lagian aku tadi pagi udah beli makanan,”
Dengan perasaan senang, karna jarang sekali dia bertanya banyak seperti ini, sampai membuat aku bingung harus berkata apalagi,
“ ini buku novel wid, boleh nih,”
Dengan bersemangat widhi pun mengambil buku yang sedang aku pegang, lalu tidak lama kemudian dia bertanya,
“eh fik kamu sudah makan belum..?”
Dengan malu aku menjawab,
“belum wid, hehehe.”
“yasudah tunggu sebentar,” widhi pun mengambil tasnya,
“nih, ada roti sama gorengan, tadi sengaja aku beli banyak, belum aku makan ko, belum aku buka bungkusnya juga,”
Dengan perasaan kaget, kagum, campur aduk, ternyata dia baik juga,
“jangan wid, makan aja sama kamu, jangan repot repot,” dengan perasaan malu aku menolaknya, walaupun sebenarnya perut terasa lapar.
“udah gapapa, ambil aja, aku masih kenyang ko” dengan memaksa dia memberikan makanan ke tanganku.
“ ini buat aku wid.? Seriusan wid.?” Dengan perasaan senang aku pun mengambilnya.
“dimakan ya, habisin, awas saja kalo tidak dimakan,!” .

Pada saat itu, terlintas di pikranku untuk mengatakan sesuatu tentang perasaanku terhadap dia,
Di dalam hati ( wah kesempatan bagus nih, aku di lab hanya berdua dengan dia, apa aku bicarakan masalah tentang perasanku, kapan lagi aku dapat momen seperti ini, tapi kalo dia...., ah sudahlah yang penting aku bicarakan dulu dan jujur kepadanya.)
Tak lama kemudian dia pun mengembalikan buku yang tadi dia pinjam dan mulai berdiri dan berkata,
“eh fik, aku keluar duluan ya, sebentar lagi mau duhur, aku juga pengen ke wc dulu,”
Lalu dia berjalan menjauhiku, saat mendekati pintu lab, secara spontan aku berteriak,
“Tunggu Wid..!”
Lalu dia berhenti dan berbalik melihatku,
“iya fik.. ada apa ya..?”
Dengan keringat dingin dan suara yang lantang,
“ Wid, boleh ga aku jujur..?  Sebenernya................”




bersambung....




Kelanjutan cerita akan di posting beberapa hari yang akan datang, tinggalkan alamat email di coment, agar kalian tau kelanjutan ceritanya.



Terimakasih telah membaca..


Selasa, 17 Januari 2017

episode 1

Hidupku tak seberuntung kalian kawan

Saat itu senja langit kekuningan seakan menyapa, apa kabar kawan, entah kawan yang mana, entah aku hanya berteman dengan lembayung senja. Keadaan ku tidak terlalu buruk untuk dilihat, namun tidak terlalu bagus untuk di dekati. Hanya seorang yang malang, yang ingin mempunyai seorang teman. Ya, teman yang sesungguhnya, yang selalu ada untukku bagaimanapun keadaanku. Saat itu sekolah terasa sunyi, sepi seakan hanya aku sendiri. Di sela lamunan da keheningan kesendirian, terdengar suara menyapa,
 “hey gus, kamu sedang apa.? kenapa kamu belum pulang.? Hari udah sore, “ .
Ternyata aldi yang hendak mengambil buku pelajaran yang tertinggal di kelas.
Dengan gugup aku menjawab. aldi memang teman sekelasku, tapi kita tidak terklalu dekat, dan hampir tidak pernah mengobrol.
 “ eh aldi, belum di, masih betah di sekolah, belum ada hasrat untuk pulang hehehe. Kamu sendiri kenapa belum pulang.?”.
Dengan senyuman, aldi mengajak untuk pulang bareng.
“yasudah ayo kita pulang bareng saja, lagian rumah kita searah.”
Dengan rasa canggung, aku menjawab.
“terimakasih di tawarannya, tapi aku bisa pulang sendiiri ko” (sambil tersenyum).
“yasudah aku pulang duluan ya” (sambil berjalan terburu buru aldi pulang menjauhi ku)
Rumah kita memang searah, dia juga berangkat ke sekolah menggunakan motor pemberian orangtuanya, jika kita pulang bersama, akan menghemat ongkos, karena rumahku memang agak jauh, dan tidak mungkin kalau berjalan kaki. Setelah beberapa menit aldi pergi, akupun memutuskan untuk pulang, jam sudah menunjukan pukul 16.30.

Dengan keadaan yang lelah, perasaan yang agak tidak karuan, sambil berjalan akupun berfikir, mungkin enak ya kalo punya motor sendiri berangkat sekolah dengan tenang dan tak mungkin terlambat pulang sekolah tidak akan cape, tidak akan pulang kesorean


bersambung.....





Kelanjutan cerita akan di posting beberapa hari yang akan datang, tinggalkan alamat email di coment, agar kalian tau kelanjutan ceritanya.

Terimakasih telah membaca..